Netrawarga.com – Bulan Ramadhan tahun ini diramaikan dengan tren “War Takjil” yang marak di media sosial.
Istilah “War Takjil” merujuk pada partisipasi saudara-saudara non-Muslim dalam membeli makanan ringan khas berbuka puasa di berbagai lapak pedagang.
Bahaya War Takjil

Meskipun fenomena ini membawa berkah bagi para pedagang dan menambah semarak suasana Ramadhan, ulama mengingatkan agar umat Muslim tidak terjebak dalam perilaku konsumtif atau berlebihan dalam mempersiapkan hidangan berbuka puasa.
Penting untuk diingat bahwa berlebihan dalam persiapan berbuka puasa bukanlah sesuatu yang dianjurkan dalam Islam.
Bahkan dalam kondisi biasa, sikap boros dan berlebihan tetap tidak diperbolehkan.
Jika seseorang berpuasa tetapi hanya fokus pada makanan yang akan disantap saat berbuka, maka puasanya masih berada dalam tahap dasar, yakni hanya menahan lapar dan haus, tanpa memperhatikan esensi spiritualnya.
Islam secara tegas melarang perilaku mubazir, sebagaimana yang disebutkan dalam Surat Al-Isra’ ayat 26:
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا
“Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS Al-Isra’ : 26)
Dalam Al-Qur’an, umat Muslim dilarang untuk bersikap boros atau berlebihan, terutama saat menjalani bulan Ramadhan.
Puasa yang mencapai tingkat istimewa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga mengendalikan diri dari perilaku konsumtif yang berlebihan.
Bahkan, mereka yang mencapai tingkatan puasa yang lebih tinggi akan merasa khawatir jika ibadahnya tidak diterima oleh Allah SWT, sehingga mereka berbuka secukupnya tanpa berlebihan.
Meneladani Cara Berbuka Rasulullah SAW

Rasulullah SAW telah memberikan teladan dalam berbuka puasa dengan sederhana, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa beliau membatalkan puasanya hanya dengan kurma.
Selain itu, ajaran Islam juga menekankan pentingnya berhenti makan sebelum kenyang, baik dalam kondisi berbuka puasa maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip ini mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dalam makan dan dalam mempersiapkan makanan berbuka, termasuk saat mengikuti “War Takjil”.
Dengan memahami nilai kesederhanaan dalam berbuka, kita dapat menjalani ibadah puasa dengan lebih bermakna dan sesuai dengan ajaran Islam.***










