NETRA WARGA – Pagi itu, aroma beras yang baru ditampi bercampur dengan wangi kopi yang mengepul dari dapur.
Di sudut rumah, sebuah tampah bambu tergeletak, sisa butiran padi masih menempel di anyamannya. Bagi sebagian orang kota, mungkin tampah hanya alat kuno.
Tapi bagi warga, ia adalah saksi ramainya dapur, dari menampi beras hingga menjemur bumbu dapur.
Sejarah Tampah Bambu di Kehidupan Warga
Tampah bambu sudah digunakan sejak ratusan tahun lalu. Terbuat dari bilah bambu tipis yang dianyam rapat, lalu diberi bingkai melingkar dari potongan bambu yang lebih tebal untuk menjaga bentuknya tetap kokoh.
Pembuatan tampah memerlukan keterampilan khusus dan sering kali dilakukan oleh pengrajin lokal dengan pola anyaman khas daerah masing-masing.
Dulu, tampah bukan hanya alat rumah tangga, tapi juga simbol kerja sama keluarga. Saat panen padi, beberapa tampah akan dipakai bersamaan, dengan bapak, ibu, dan anak ikut membantu menampi.
Fungsi dan Kelebihan Tampah Bambu

- Menampi Beras dan Padi – Memisahkan beras dari kulit ari atau kotoran kecil.
- Wadah Menjemur – Digunakan untuk menjemur bumbu, kerupuk, atau rempah-rempah.
- Menyajikan Makanan dalam Jumlah Besar – Cocok untuk acara hajatan atau kenduri.
- Ramah Lingkungan – Terbuat dari bahan alami yang dapat terurai.
Keunggulan tampah adalah ringan, kuat, dan memiliki sirkulasi udara alami, sehingga makanan yang dijemur cepat kering tanpa bau apek.
Tampah dalam Kehidupan Sosial Warga
Tampah sering hadir di momen-momen ramai, seperti persiapan hajatan. Ibu-ibu duduk melingkar sambil memotong sayur, mengupas bawang, dan menyiapkan lauk di atas tampah besar. Suasana penuh canda tawa membuat pekerjaan terasa ringan.
Bahkan, tampah kadang dipakai di luar fungsinya. Anak-anak menjadikannya papan seluncur di tanah berpasir, atau “perisai” saat bermain perang-perangan.
Perawatan tampah cukup mudah. Cuci dengan air bersih, jemur di bawah matahari, dan simpan di tempat kering. Jika mulai longgar, bingkai bambu bisa diikat ulang dengan rotan atau tali plastik.
Tampah mengajarkan tentang kebersamaan dan ketekunan. Setiap gerakan menampi, setiap jemuran bumbu, menyimpan cerita tentang kerja keras dan gotong royong.
Tampah bambu bukan sekadar alat dapur. Ia adalah bagian dari denyut kehidupan warga — hadir di dapur, halaman, dan acara penting. Di tengah maraknya peralatan modern, tampah tetap mempertahankan tempatnya sebagai simbol kehangatan dan kebersamaan. (Lia)






