NETRA WARGA – Bagi banyak orang di Indonesia, celengan ayam bukan sekadar wadah menabung.
Benda ini menyimpan kenangan masa kecil, aroma nostalgia, dan nilai budaya yang tak lekang oleh waktu.
Dengan bentuk ayam jago yang khas dan terbuat dari tanah liat, celengan ini dahulu menjadi teman setia anak-anak untuk belajar menyisihkan uang koin.
Asal Usul dan Filosofi Celengan Ayam
Istilah “celengan” berasal dari kata “celeng” yang berarti babi dalam bahasa Jawa, karena bentuk awalnya menyerupai babi tabungan di budaya Barat.
Namun, pengrajin lokal kemudian mengadaptasi bentuknya menjadi ayam jago, yang dianggap lebih dekat dengan kehidupan masyarakat pedesaan.
Ayam sendiri melambangkan ketekunan, rejeki, dan kehidupan yang rajin berusaha.
Pembuatan celengan ayam umumnya dilakukan oleh pengrajin gerabah di sentra-sentra kerajinan tanah liat, seperti Kasongan di Bantul, Yogyakarta, atau daerah Plered di Purwakarta.
Prosesnya sederhana namun membutuhkan ketelitian, tanah liat dibentuk, dijemur, lalu dibakar hingga mengeras.
Lubang kecil di bagian atas berfungsi untuk memasukkan koin, sementara untuk mengambil isinya, dulu orang harus memecahnya — sehingga ada rasa “sakral” sebelum membongkar tabungan.
Fungsi Sosial dan Edukasi
Di era sebelum perbankan dan e-wallet merambah desa, celengan ayam berperan besar dalam mengajarkan anak-anak tentang nilai menabung.
Orang tua akan memberikan uang jajan lebih untuk dimasukkan ke celengan.
Momen memecah celengan menjelang Lebaran atau tahun ajaran baru menjadi perayaan kecil penuh kegembiraan.
Bahkan, beberapa keluarga menganggap celengan ayam sebagai penjaga rejeki.
Ada kepercayaan bahwa uang yang disimpan di dalamnya akan lebih “berkah” karena proses menabung dilakukan sedikit demi sedikit dengan kesabaran.
Dari Fungsi Ekonomi ke Nilai Estetika
Kini, celengan ayam tidak hanya digunakan untuk menabung.
Banyak orang menjadikannya sebagai pajangan rumah, dekorasi kafe, atau koleksi pribadi.
Warnanya yang cerah dengan cat merah, kuning, dan hijau khas, memberi sentuhan retro yang hangat.
Beberapa pengrajin juga memodifikasi desainnya, menambahkan detail lucu atau ukuran mini untuk souvenir.
Menghidupkan Kembali Tradisi Celengan Ayam di Era Digital
Di tengah gempuran teknologi finansial, keberadaan celengan ayam masih bisa relevan.
Beberapa orang tua kreatif menggunakan celengan ayam untuk mengajari anak menabung secara nyata, sebelum mengenalkan tabungan digital.
Sekolah-sekolah di daerah tertentu juga kembali memanfaatkan celengan sebagai bagian dari program edukasi literasi finansial.
Lebih dari sekadar benda, celengan ayam adalah simbol kesederhanaan, kesabaran, dan kearifan lokal.
Ia mengajarkan bahwa menabung bukan hanya soal jumlah uang, tetapi juga tentang membentuk kebiasaan baik sejak dini.
Jika Anda masih memiliki celengan ayam di rumah, entah kosong atau penuh koin, simpanlah baik-baik.
Karena di balik bentuknya yang sederhana, ia menyimpan kisah panjang perjalanan budaya dan pendidikan finansial masyarakat Indonesia. (Lia)






