NETRA WARGA – Menjelang maghrib, suasana di kampung memang punya nuansa yang khas. Langit mulai memerah, suara azan menggema, dan angin sore membawa aroma masakan yang siap disantap. Namun di balik kehangatan itu, ada satu warga yang justru diliputi ketegangan.
Saat ia melangkah pulang dari warung, matanya menangkap sosok misterius berupa bayangan panjang di belakang. Awalnya ia mengira hanya efek lampu jalan yang redup, tapi langkahnya terasa seperti diikuti.
Setiap ia mempercepat langkah, suara sandal dari sosok misterius di belakangnya juga ikut mempercepat langkahnya.
“Waduh… jangan-jangan ini yang sering dibicarakan orang, sosok misterius yang muncul menjelang maghrib,” batinnya sambil merinding membayangkan sosok misterius itu.
Konon katanya, jam-jam seperti ini adalah waktu rawan bertemu sosok misterius berupa makhluk tak kasat mata.
Ia teringat cerita tetangga tentang sosok misterius berupa bayangan hitam yang selalu membuntuti, tapi tak pernah terlihat wajahnya.
Dengan jantung berdetak lebih cepat, ia memutuskan untuk tidak menoleh, takut nanti malah “dipegang dari belakang” seperti di cerita-cerita horor kampung. Ia menambah kecepatan langkah, tapi suara sandal itu masih mengikuti.
Dugaan Mistis yang Berubah Jadi Kenyataan Ekonomis
Begitu sampai di depan rumah, keberanian mulai muncul. Ia menoleh cepat, siap melihat “penampakan” yang katanya membuat bulu kuduk berdiri.
Namun, yang terlihat justru sosok manusia biasa dengan setelan kemeja rapi dengan membawa map di tangan.
“Pak, ini saya dari bank… mau mengingatkan jatuh tempo cicilan bulan ini,” ujar sosok itu dengan nada formal. Seketika, rasa takut yang tadinya mengarah ke horor mistis berubah menjadi horor ekonomis.
Rupanya, “sosok misterius” yang mengikuti dari tadi bukanlah makhluk gaib, melainkan petugas bank titil yang sedang menagih tanggungan. Senyum sopan dan map berisi daftar pembayaran itu terasa lebih menegangkan daripada penampakan kuntilanak.
“Wah, kirain siapa. Untung bukan pocong… tapi kok rasanya tetap mau pingsan,” gumamnya sambil menyandarkan badan ke tembok rumah.
Antara Takut Mistis dan Takut Realistis
Situasi ini memunculkan perbandingan unik antara rasa takut pada hal mistis dan rasa takut pada realitas ekonomi.
Jika takut mistis biasanya hilang saat azan berkumandang, maka takut ekonomis seperti ini justru bisa bertahan sampai akhir bulan… bahkan awal bulan berikutnya.
Bayangkan saja, makhluk halus mungkin hanya muncul di jam-jam tertentu, tapi tagihan cicilan bisa muncul kapan saja, apalagi kalau sudah masuk masa jatuh tempo.
Sosok misterius yang tadi diikuti bayangannya ternyata membawa “senjata” lebih ampuh: lembar tagihan yang harus dibayar tunai.
Bagi sebagian orang, pertemuan dengan hantu mungkin membuat malam tidak bisa tidur. Tapi bagi yang punya cicilan macet, tidur nyenyak pun bisa terganggu setiap malam karena terus memikirkan cara membayar. (Lia)



