NETRA WARGA – Kalau bicara soal prank, generasi sekarang mungkin langsung kepikiran YouTuber atau TikTokers.
Tapi jauh sebelum itu, orang Jawa sudah punya prank legendaris yang diwariskan turun-temurun: kaleng biskuit Khong Guan.
Dari luar, terlihat menjanjikan camilan manis, tapi begitu dibuka… selamat datang di dunia benang jahit, rengginang, atau obat batuk sirup.
Janji Manis di Gambar Kaleng Khong Guan
Desain kaleng Khong Guan selalu sama: gambar keluarga bahagia yang sedang ngemil biskuit.
Anak-anak dulu percaya, membuka kaleng ini berarti bakal ikut bahagia seperti di gambar.
Sayangnya, kenyataan berkata lain. Hanya minggu pertama setelah Lebaran isinya masih sesuai gambar. Setelah itu? Prank dimulai.
Tak ada biskuit yang tersisa, tapi emak-emak cepat memanfaatkan kalengnya jadi wadah serbaguna.
Dan anak-anak yang kecewa? Ya, harus belajar legowo sambil mengunyah rengginang keras.
Dari Harapan ke Kekecewaan Kolektif
Yang bikin unik, pengalaman ini nyaris universal. Tanya saja ke teman sekampung, hampir semua pernah membuka kaleng Khong Guan dengan penuh semangat lalu terdiam melihat isinya.
Saking seringnya, kaleng ini jadi semacam simbol kekecewaan kolektif yang diterima dengan tawa.
Bahkan, sebagian orang menganggap inilah bentuk latihan mental: supaya tidak terlalu berharap muluk dalam hidup.
Filosofi Prank Ala Jawa
Di balik “prank jajanan” ini, ada filosofi khas Jawa yang sebenarnya mendalam.
Orang Jawa terbiasa ngajeni barang—menghargai setiap benda.
Jadi meski biskuitnya habis, kalengnya tetap berguna. Tidak ada yang benar-benar sia-sia.
Prank ini juga mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu sesuai ekspektasi.
Kadang, yang kita dapat bukan biskuit, tapi benang dan jarum. Tapi toh, pada akhirnya, itu juga bermanfaat.
Dari Warisan Dapur ke Meme Digital
Kini, kaleng Khong Guan bukan hanya warisan dapur, tapi sudah naik kasta jadi meme nasional.
Generasi Z pun ikut tertawa ketika melihat postingan: “Hati-hati, jangan percaya sama kaleng Khong Guan.”
Lucunya, meski sudah ketahuan sering zonk, kaleng ini tetap eksis.
Malah, banyak orang sengaja menyimpannya, entah untuk nostalgia atau sekadar ikut melestarikan prank lintas generasi.
Prank yang Membahagiakan
Kaleng biskuit Khong Guan membuktikan bahwa prank tidak selalu menyakitkan.
Justru dari sinilah lahir cerita, tawa, dan kenangan manis setiap Lebaran di rumah Jawa.
Jadi kalau lain kali Anda melihat kaleng ini di meja tamu, jangan buru-buru kecewa.
Siapa tahu isinya bukan biskuit, tapi kenangan masa kecil yang bikin Anda tersenyum sambil bergumam, “Ah, ketipu lagi.” (Lia)









